welcome

Jumat, 08 November 2013

Seolah Nyata :D

                Sesuatu yang aneh, tapi itu yang kuharapkan... sebuah mimpi tidur yang tak bisa ku tolak kehadirannya dan perginya juga tak bisa kularang!
                Hey Encik apa kabar dirimu? Dirimu yang kali ini hadir dalam mimpi tidurku? Aku sungguh tak menyangka kehadiranmu dimimpiku malam ini? Terimakasih Encik yang mau menyambut huluran tanganku tadi, itu amat sangat bermakna bagiku! Encik mau menyusuri hutan yang gelap gulita ini bersama, dengan tanganku terpaut erat dan kemas di sela-sela jemarimu J. Meski kutahu hanya mainan tidur! Hanya mimpi yang tak akan tercapai! Tapi ianya cukup bagiku! Walau dalam dunia nyata Encik tak menghargaiku! Dalam mimpi setidaknya Encik mau tersenyum dan sudah mau menerima huluran tanganku, Itu sudah cukup! Amat sangat cukup malahan!
                Seandainya itu terjadi di dunia nyata Encik! Tahukah kamu Encik? Setiap saat aku melihatmu dan memperhatikan gerak-gerik tubuhmu aku selalu terpesona dan aku mengikik lucu melihat telatahmu yang konyol meski kutahu hanya bisa melihatmu dari jarak jauh! Kenapa aku tidak melihatmu dari jarak dekat?
                Ya karena aku dan Encik adalah manusia yang menyembunyikan keakraban kami dimuka umum! Entah siapa yang memulai atau memutuskannya? Sejak dari awal bertemu, Encik tak pernah menghiraukanku, menengokpun tak sudi! Lalu apakah aku masih mampu jadi manusia hipokrit yang gatal ingin kau lihat dan perhatikan Encik?
                Tidak!!!!!! Untungnya aku tak seperti itu, aku masih sabar Encik sebagai manusia yang kau tak hiraukan sedikitpun! Aku sabar dan akan sabar! Meski ku tak tahu sampai kapan penghujungnya? Aku tak tahu sampai kapan kau akan menghiraukanku lagi? Atau sampai kapan aku bisa kuat dan sabar menerima kedinginan hubungan ini? Aku tak tahu!

                Jangan tanya aku Encik kapan aku bisa menyerah! Tanyalah pada dirimu, kapan kamu bisa mengerti aku? Setidaknya anggap diriku ada dan berbicaralah padaku. Meski yang aku terima hanya sekedar sapaan, ataupun setidaknya senyuman tulus darimu untukku saat kita bertemu L.

Kamis, 07 November 2013

Pengalamanku tentang Internet dan Komputer

         Setiap orang mempunyai cara yang berbeda atau sama ketika mereka dapat mempelajari sesuatu. Ada yang autodidak, diajarkan ataupun cara lain. Saya akan share pengalaman pertama saya bisa menggunakan Komputer dan Internet tanpa ikut kursus, Ready....!!!!
Awal saya mengenal Komputer itu saat saya kelas 4 SD, saya melihat mbak saya dibelikan laptop, sedangkan saya tidak, saya mulai bertanya kepada mama saya, “Mah, kakak juga pengen laptop kaya punyanya mbak Tista? L”. Mama saya bilang “Kak, kalau kamu pengen beli laptop, kamu nabung dulu ya inget segala sesuatu itu gak bisa langsung! butuh proses dan gak semudah membalikkan telapak tangan”  mulai dari itulah saya berusaha dengan gigih menabung untuk beli laptop, saya menyisihkan uang jajan saya selama 2 tahun, dan akhirnya,,, walla saya bisa beli laptop, great!! Yah mesti bekas tapi saya puas, setidaknya saya gak perlu menyusahkan orang tua.

Kelas 6 SD, saat saya sudah punya laptop saya sering mengutak-atik laptop sampai-sampai laptop saya error berkali-kali, tapi bagi saya, lebih baik laptop saya blank daripada tidak pernah mencoba aplikasi-aplikasi yang ada pada PC ini. Aneh bukan? Ya memang itulah saya ,,, hehehe -_-“!!

Saat saya menginjak kelas 7 SMP saya mulai dibebani tugas-tugas yang menumpuk dari guru-guru mata pelajaran tertentu yang diwajibkan mencari itu semua melalui internet! Saya bingung? Saya cemas? Bagaimana ini? Memang jaman sekarang fasilitas sudah ada dan kita bisa menggunakan sarana warnet (warung internet) untuk memanfaatkan kita mencari berbagai informasi terkini, tapi Pada dasarnya saya anak rumahan yang gak pernah keluar rumah dan malu untuk keluar jadi orang tua saya membelikan modem dan print sendiri dirumah.


Saya sangat senang sekali, karena saya termasuk anak yang beruntung! Karena sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap, jadi saya nggak akan khawatir jika tugas-tugas dari guru menumpuk atau saya tunda karena saya bisa setiap saat menggunakan komputer dan internet dirumah J.

Tafsir Surat At-Tin


TAFSIR SURAT AT-TIIN

disusun
oleh

Nama              : Ayu Eka Sari    (01)
Ekky Oktafianto       (15)
Renita Aldea MA      (19)
Ruhil Novia Ayu       (20)
Teguh Pambudi         (36)


SMP NEGERI I KARANGJATI








KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita semua sehingga pembuatan makalah ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam kita persembahkan kepada junjungan kita Muhammad SAW, oleh karena beliaulah kita dapat mengenal ilmu pengetahuan dan memberantas kebodohan.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan pemakalah sampaikan kepada pembimbing kita Bapak dan kepada seluruh sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memabntu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini. Oleh Karena itu, dengan tangan terbuka, seraya kasih, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri dan memohon taufik hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.


Karangjati,       November 2012
Penulis



ii
 

DAFTAR ISI

                                                                                          
KATA PENGANTAR............................................................................        i
DAFTAR ISI..........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang............................................................................        1
B.     Tujuan..........................................................................................       1
C.     Rumusan Masalah.......................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Penafsiran Surat At-Tiin.............................................................        2

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................ 8
B.     Saran.................................................................................................. 8
DAFTAR PUSATAKA...................................................................              9








iii
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Semua surat dalam Al-Quran dapat dipastikan bahwa memiliki makna dan penafsiran yang sangatlah luas, karena memang Al-Quran merupakan petunjuk bagi sekalian manusia untuk berbekal ke negeri akhirat. Begitu juga dengan surat tiin yang terdapat didalamnya penjelasan tentang manusia, lantas apakah yang telah Allah berikan kepada manusia? Untuk menjawab pertanyaan diatas, surat At-Tiin memberi penjelasan tentang manusia serta penafsirannya menjelaskan fungsi manusia dialam dunia ini.
Banyak penafsiran yang menjelaskan makna dari ayat-ayat surat At-Tiin. Namun pada intinya memiliki maksud yang sama. Maka dari itu penulis ingin menjelaskan pemahaman dari tafsiran Surat At-tiin yang telah ditafsirkan oleh Ulama-ulama dan diabadikan dalam buku-buku dan kitab-kitab pelajaran dan umum.
B.     Tujuan
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah ini supaya kita bisa mengambil pengetahuan dan pesan-pesan yang terkandung dalam tafsiran surat At-Tiin sebagai pelajaran untuk kita amalkan.
C.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Tafsiran Surat At-Tiin?





 1
 

BAB II
PEMBAHASAN
TAFSIR SURAT AT TIIN
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ {1} وَطُورِ سِينِينَ {2} وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ {3} لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ {4} ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ {5} إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ {6} فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ {7} أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ {8}‏
(1) Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
(2) Dan demi Bukit Sinai.
(3) Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
(4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
(5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
(6) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(7) Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
(8) Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Surat yang mulia ini adalah makkiyah[1].
وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ {1}
Artinya:   Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
2
Pada ayat pertama surat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan At Tin dan Az Zaitun. Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan At Tin dan Az Zaitun[2], namun tidak ada satupun pendapat mereka yang berdasar pada dalil yang shahih, kecuali pendapat yang mengatakan bahwa At Tin adalah buah At Tin yang (sudah dikenal dan) biasa dimakan, dan Az Zaitun adalah (juga) buah Az Zaitun yang biasa diperas darinya minyak Zaitun[3]. 
وَطُورِ سِينِينَ {2}
Artinya: “Dan demi Bukit Sinai.”
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah denganThuur Siiniin, yaitu sebuah bukit yang padanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepada Musa ‘alaihissalam[4].
وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ {3}
Artinya: “Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.”
Berikutnya Allah bersumpah dengan Al Balad Al Amin, yaitu Makkah.[5] Lalu, mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan hal-hal tersebut? Para ulama tafsir menerangkan sebab-sebabnya yang diantaranya; karena kedua tumbuhan tersebut (At Tin dan Az Zaitun) banyak mengandung manfaat, baik pada pohonnya maupun buahnya, dan karena keduanya sangat tumbuh subur dan baik di Syam, yang merupakan tempat diutusnya Nabi Isa ‘alaihissalam menjadi seorang rasul. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan sebuah bukit, karena di tempat itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara kepada Nabi Musa dan mengutusnya menjadi seorang rasul. Adapun mengapa Allah bersumpah dengan Al Balad Al Amin? Itu karena Mekkah adalah sebuah negeri yang aman bagi orang memasukinya, juga karena di tempat itulah Rasulullah Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam diutus menjadi seorang rasul. dari sini, jelaslah mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan hal-hal tersebut? Itu karena ketiga tempat tersebut adalah tempat-tempat yang disucikan yang Ia pilih, dan telah diutus padanya rasul-rasulNya yang paling mulia[6].
3
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ {4}
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Ayat berikutnya adalah jawaban dari sumpahNya terhadap hal-hal tadi, bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia dalam bentuk dan sifat yang sebaik-baiknya, dengan seluruh anggota tubuh yang seimbang, sempurna, dan tidak kekurangan suatu apapun. Dan semuanya itu menunjukkan atas kekuasaan Allah yang mutlak atas penciptaan dan pengembalian manusia pada hari kebangkitan[7].
4
               Allah  swt.  dalam  ayat  ini menegaskan secara eksplisit bahwa manusia itu diciptakan  dalam  bentuk  yang  paling sempurna. Ar-Raghib Al-Asfahani, seorang pakar  bahasa  Al Quran menyebutkan bahwa kata 'taqwiim' pada ayat ini merupakan isarat   tentang   keistimewaan  manusia   dibanding   binatang,  yaitu  dengan dikaruniainya  akal, pemahaman,  dan  bentuk  fisik  yang tegak dan lurus. Jadi 'ahsani taqwiim' berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya. Kalau  kita cermati  lebih  jauh,  sesungguhnya kesempurnaan manusia bukan hanya sekedar pada bentuk fisik dan psikisnya saja, kedudukan manusia di antara makhluk  Allah  lainnya  pun  menempati  peringkat tertinggi, melebihi kedudukan malaikat, "Dan  sesungguhnya  Kami  telah memuliakan  anak Adam (manusia) dan Kami angkut mereka  di darat  dan  di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol."(Q.S. Al Isra 17:70) Pada  prinsipnya, malaikat adalah makhluk mulia. Namun jika manusia beriman dan  taat  kepada  Allah  swt.,  ia  bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa   alasan  yang mendukung  pernyataan  tersebut.  Pertama,  Allah  swt. memerintahkan kepada malaikat untuk bersujud (hormat) kepada Adam a.s. Saat awal penciptaan  manusia  Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para  Malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia  enggan  dan takabur dan ia adalah termasuk golongan kafir." (Q.S. Al Baqarah 2:34) Kedua, malaikat  tidak  bisa  menjawab  pertanyaan  Allah  tentang al asma (nama-nama  ilmu  pengetahuan),  sedangkan  Adam a.s. mampu karena memang diberi ilmu  oleh  Allah  swt.,  "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian  mengemukakannya kepada  para  malaikat,  lalu berfirman, " Sebutkanlah kepada-Ku nama  benda-benda  itu  jika  kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab,  "Maha  Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau  ajarkan  kepada  kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."  Allah  berfirman,  "Hai  Adam,  beritahukanlah  kepada mereka nama-nama  benda  ini."  Maka  setelah  diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda   itu,   Allah   berfirman,  "Bukankah sudah  Kukatakan  kepadamu,  bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." (Q.S. Al Baqarah 2:31-32). Ketiga,  kepatuhan malaikat kepada Allah swt. karena sudah tabiatnya, sebab malaikat  tidak memiliki hawa nafsu; sedangkan kepatuhan manusia pada Allah swt. melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan setan. Keempat,  manusia  diberi tugas  oleh Allah menjadi khalifah di muka bumi, "Ingatlah  ketika Tuhanmu  berfirman  kepada  para  malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak  menjadikan seorang khalifah di muka bumi..." (Q.S. Al Baqarah 2:30).

               Mencermati  analisis  di  atas,  bisa  disimpulkan  betapa Allah swt. Telah memberikan  kemuliaan yang begitu tinggi pada manusia, bukan hanya yang bersifat fisik  dan  psikis, tapi juga dari segi kedudukannya. Namun, kalau manusia tidak mampu  mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat yang paling hina,  bahkan  bisa  lebih  hina  dari  binatang  sekalipun, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ {5} إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ {6}
Artinya: “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.  Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”
 5
Pada ayat pertama dari kedua ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’alamenerangkan tentang keadaan kebanyakan manusia yang kufur terhadap nikmat yang telah Ia berikan kepadanya berupa bentuk fisik yang sempurna dan baik. Maka sudah sewajibnya seorang manusia bersyukur atas nikmat ini, namun justru kebanyakan manusia lalai dan lupa terhadap penciptanya yang telah memberikan kenikmatan-kenikmatan yang tak terbilang, mereka sibuk dengan bermain-main dan hal-hal yang melalaikan mereka. Mereka ridha dengan perkara-perkara rendah dan akhlak-akhlak buruk yang merusak diri mereka sendiri. Akhirnya Allah pun mengembalikan mereka ke dalam neraka yang paling bawah, tempatnya ahli maksiat yang membangkang dan menentang perintah-perintah Allah. Kecuali orang orang yang beriman, yang telah diberikan oleh Rabb mereka keutamaan berupa keimanan, amal  yang shalih, dan akhlak yang tinggi dan mulia. Maka bagi mereka derajat yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan pahala dariNya yang tiada henti-hentinya terus mengalir kepada mereka dan tanpa terputus. Bahkan mereka terus mendapatkan kelezatan kelezatan yang terus-menerus, kebahagiaan yang tiada habis-habisnya, dan kenikmatan kenikmatan tak terhingga yang abadi dan kekal selama-lamanya[8].
Pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ {7}
“Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?”
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya dan menegaskan kembali kepada manusia yang telah diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, sempurna dan utuh tanpa kekurangan suatu apapun, namun di antara manusia masih ada yang kufur terhadap nikmat nikmatRabbnya dan ingkar terhadap hari pembalasan,”Apa yang membuatmu dan menyebabkanmu wahai anak Adam mendustakan dan mengingkari hari pembalasan terhadap seluruh amal perbuatan, padahal kamu telah mengetahui kekuasaan Rabbmu yang mampu menciptakanmu dengan baik dan sempurna? Bukankah Ia yang telah menciptakanmu jauh lebih mampu untuk menghidupkanmu kembali dan membalas amal-amalmu? Apa yang membuatmu mendustakan semua ini sedangkan kamu mengetahui kebenarannya?[9]
Dan di akhir surat At Tiin ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ {8}
Artinya: “Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?”
 6
Allah Subhanahu wa Ta’ala kembali bertanya dalam ayat ini yang maknanya, “Apakah adil dan sesuai dengan hikmahNya jika Ia menciptakan makhlukNya untuk kemudian dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja tanpa diperintah dan dilarang, dan tanpa diberikan balasan baik ataupun buruk? Ataukah sesuai keadilan dan hikmahNya itu, jika Ia Yang Maha Pencipta dengan tahapan demi tahapan penciptaan, kemudian Ia memberikan seluruh nikmat-nikmatNya yang tiada terbilang, lalu membimbing mereka dengan bimbingan yang baik dan bijaksana, dan akhirnya Ia mengembalikan mereka kepada tujuan dan inti kehidupan mereka, yaitu akhirat yang kepadanyalah  orang-orang beriman menuju?”[10]
Ada sebuah hadits yang erat kaitannya dengan ayat terakhir ini. Yang mungkin hadits ini dijadikan hujjah oleh sebagian mereka yang beranggapan akan sunnahnya hukum membaca lafazh (بَلَى، وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ), atau lafazh (سُبْحَانَكَ فَبَلَى) tatkala seseorang membaca surat At Tiin ini sampai pada penghujung ayatnya.
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lainnya dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , beliau berkata[11]:
مَنْ قَرَأَ : وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ  ، فَقَرَأَ : أَلَيْسَ اللهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِيْنَ ، فَلْيَقُلْ : بَلَى ، وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ .
“Barangsiapa yang membaca Wat tiini waz Zaituun sampai ia membaca ‘Alaisallaahu bi Ahkamil Haakimiin’ ; maka hendaknya ia mengucapkan: ‘Balaa Wa Ana ‘Alaa Dzaalika minasy Syaahidiin’(Ya, dan aku atas hal itu termasuk orang-orang yang bersaksi).”
Namun hadits ini dha’if, sebagaimana yang telah dihukumi oleh Asy Syaikh Al Albani[12], disebabkan pada sanadnya terdapat perawi (dan ia bukan seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam -pen) yang mubham.



 7
 

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         Ayat 1,2, dan 3 Allah Swt bersumpah yang tujuannya ialah untuk memberi suatu pandangan lebih oleh manusia terhadap ma’sum(yang menerima sumpah).
·         Pada ayat 4,5, dan 6 Allah menjelaskan kodrat manusia yang Allah ciptakan serta balasan bagi manusia yang beramal; baik amal baik maupun buruk pasti akan menerima balasan.
·         Ayat ke 7 dan 8 Allah menanyakan penyebab manusia yang menentang hukum dan kekuasaan Allah.
B.     Saran
Sebagai makhluk Allah yang lemah dan sempurna sudah semestinya untuk taat dan patuh terhadapa hukum Allah; dan Allah lah yang kuasa lagi bijaksana untuk menentukan semua pembalasan di mahkamah Allah atas apa yang manusia yang dikerjakan dibumi yang fana ini. Semoga kita dapat tergolong kedalam orang-orang yang Shalih.
Amiin ya Rabbal ‘Alamin...
Waallahu’alam...







 8
 

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al Quran dan terjemahnya, cet Mujamma’ Malik Fahd, Saudi Arabia.
Sunan Abu Daud, Abu Daud Sulaiman bin Al Asy’ats As Sijistani (202-275 H), tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Daar Al Fikr.
Tafsir Ath Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari (224-310 H), tahqiq Mahmud Syakir, Daar Ihya At Turats, Beirut, cet I th 1421 H/ 2001 M.
Tafsir Al Qurthubi (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an), Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi, tahqiq Abdur Razzaq Al Mahdi, Daar Al Kitab Al ‘Arabi, cet II, th 1421 H/1999 M.
Tafsir Ibnu Katsir (Tasir Al Qur’an Al ‘Azhim), Abul Fida’ Ismail bin Umar bin Katsir (700-774 H), tahqiq Sami bin Muhammad AS Salamah, Daar Ath Thayyibah, Riyadh, cet I, th 1422 H/2002 M.
Taisir Karim Ar Rahman fi Tafsiri Kalami Al Mannan, Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, tahqiq Abdurrahman bin Mu’alla Al Luwaihiq, Daar As Salam, cet I, th 1422 H/2001 M.

Dha’if Sunan Abi Daud, Muhammad Nashiruddin Al Albani (1332-1420 H).
Free R Blackadder Cursors at www.totallyfreecursors.com