welcome

Jumat, 10 Juni 2016

Terimakasih Untuk Satu Hari Ini

                Setelah melewati kegiatan denganmu sepanjang hari ini, dan pulang dengan seribu perasaan tidak percaya; tidak percaya bahwa kita telah melewati sabtu malam ini berdua. Sesaat setelah aku pulang kerumah aku sudah merasa merindukanmu, karena sejak pagi tadi aku makin sadar bahwa ini perasaan sayang.
                Waktu mengingat sikapmu, entah mengapa aku menemukan kenyaman disana. Sikapmu yang selalu berhasil membawaku pulang, dan yang selalu membuat aku ingin segera bertemu kamu kembali. Saat pertemuan pagi tadi; yang aku kira tidak akan bertemu denganmu, kamu menyapaku duluan dari belakang dan spontan memalingkan badanku yang kemudian mataku segera tertuju pada raut wajahmu, menatapmu dengan begitu dalam.
                Seminggu kita tidak bertemu, ternyata kita memang butuh jarak dan waktu, untuk menjaga dan mencari tahu, siapa yang paling tidak tahan untuk mengusahakan sebuah pertemuan. Dan ya, lagi-lagi memang harus aku akui, aku yang selalu kalah, aku yang selalu lebih dulu meminta sebuah pertemuan, karena kamu selalu mengelak jika aku meminta sebuah pertemuan melalui pesan singkat.
                Dengan begini aku tahu, kamu lelaki paling gengsi yang pernah aku kenali! Kamu selalu tidak ingin memulainya lebih dulu, tapi pada pertemuan nyata, setelah aku merasa menyerah dengan sikapmu, kamu berhasil merayuku dengan harapan palsu, rayuan manis yang membuatku kelabakan setengah mati.
                Ketika kamu membawa barang belanjaanku yang berat. Saat itu kamu bagai memperlakukanku seperti layaknya kekasih. Kamu cukup sukses membuatku melayang, dengan caramu menggenggam jemariku dan berkali-kali mengucapkan kata “sayang” saat kita sedang memanggil nama satu sama lain, entah mengapa aku tidak bisa protes dan mengelak tentang panggilan itu, panggilan itu sepertinya lahir secara spontan dan tidak ada rasa canggung saat kita mengucapkannya.
                Aku menuruni tangga, tertawa kearahmu, sambil sesekali memandangimu dengan dalam, aku tidak berani bertindak lebih, karena aku cukup sadar betul, kita bukan sepasang kekasih! Dan aku sangat sadar diri jika aku berharap berlebihan, maka akan berujung pada rasa sakit yang semakin dalam.
                Aku sudah sangat menyayangimu, dan caramu memperlakukanku sepanjang hari tadi, bisa saja semakin membutku bertambah menyayangimu dan semakin membuatku sulit untuk melepaskanmu, karena aku sangat pasti akan takut kehilangan sosokmu.
                Setelah menuruni tangga, waktu kita melewati games fun disana, entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku berencana mengajakmu, bermain disana, kulangkahkan kakiku ke permainan anak-anak itu dan kamu mengikuti derap kakiku menuju kesana karena efek jari kita yang masih terpaut.
                Kukira hanya aku yang seperti anak kecil yang mau bermain disana, malah kamu yang sepertinya lebih antusias daripada aku, bahkan sikap jailmu cukup membuatku gemas. Andai aku bisa mencubit pipimu, andai aku bisa selalu berada dekat denganmu, menikmati sikap bodohmu itu; sayangnya lagi-lagi aku harus ingat bahwa aku bukan kekasihmu.
                Hari ini, tidak ada kesedihan yang berlebihan. Aku hanya ingin menikmati saat ini, tanpa pernah mengingat seberapa parah kamu pernah menyakiti aku. Bagiku, tetap berada disisimu, berada dalam rangkulan dan genggaman erat dari jemarimu sudah membuatku merasa lebih dari cukup.         
                Kamu sukses menempati ruang kosong dihatiku, memiliki seluruh kepercayaan sayangku padamu. Tapi sayangnya, mungkin aku tidak punya ruang dihatimu dan parahnya rasa sayangmu, tidak sepenuhnya bisa kumiliki.
                Saat perjalanan pulang, diatas sepeda motorku, aku memasukkan tanganku pada saku jaketmu dengan tanpa sadarku, kesannya seperti aku memelukmu, aku kira kamu bakal menepis, tapi kamu malah memegang tanganku dengan tangan kirimu dari luar jaketmu, pada saat itu aku merasa seperti wanita paling beruntung didunia ini.
                Seakan-akan, waktu berjam-jam yang telah kita lewati sepanjang hari ini, masih belum cukup untuk menuntaskan rasa rinduku ini padamu. Kamu masih setia menggenggam tanganku yang berada dibalik jaketmu, sesekali usapan lembutmu itu membuat perasaanku terbuai, saking terlalu menikmati sepanjang hari ini bersamamu, aku jadi lupa bahwa hari ini, hari sabtu yang berarti malam minggu, malam dimana terkenal dengan malam bahagianya setiap pasangan.
                Kamu berkali-kali bilang padaku, jika bukan karena hal ini bisa bertemu denganku, mungkin kamu sedang tidak berada dikota ini, entah mengapa itu bukan seperti sindiran tapi terdengar seperti suatu pengorbanan untuk bertemu denganku, kamu semakin membuat aku keliru dengan perasaanmu padaku.
                Jika memang kita saling menyayangi dan jatuh cinta, mengapa tidak kita akhiri saja dengan status hubungan yang lebih jelas? Ingin rasanya aku berteriak melontarkan kata itu pada telingamu, karena aku sanatpasti bahwa kamu tidak akan sepeka itu padaku.
                Aku tahu betul ini sungguh bodoh, aku paham betul bahwa memeluk dan merangkulmu adalah suatu kesalahan besar. Aku juga sangat pasti hubungan kita ini akan berakhir dengan ketidakbahagiaan. Tapi biarlah, biarlah aku habiskan sisa-sisa waktuku bersamamu karena aku cukup yakin ini tidak akan berjalan lama.
                Semua orang pasti akan mudah menyalahkan kita, tanpa mereka pernah ingin tahu seberapa jauhnya kita telah berjuang. Aku dan kamu memang tidak bisa melawan akan hadirnya cinta yang bisa saja datang tidak tepat pada waktunya. Kita saling sayang pada waktu yang salah, sementara aku dan kamu tidak tahu caranya berhenti dan mengendalikan diri.
                Aku mengerti betul bahwa aku sungguh dungu, tapi biarlah, biarkan kita habiskan sisa waktu kebersamaan kita, karena pada saat itu habis; aku dan kamu akan menjadi dua orang manusia asing yang tidak pernah saling mengenal. Biarkan aku menikmati waktu kebersamaan ini bersamamu, sebelum semua orang menyuruh kita mengakhiri semua ini secara paksa. Biarkan aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang masih kita miliki ini, dengan kebahagian, bukan dengan kesedihan serta tekanan dari orang-orang yang tidak memahami kita.
                Kesedihan punya porsinya sendiri, dan aku tahu semua kesedihan itu akan dimulai ketika aku pada akhirnya harus mengihklaskan dirimu pergi. Sebelum kamu pergi, biarkan aku bisa meninggalkan kesan, setidaknya diingatanmu.
                Bahwa ada orang yang menjaga perasaannya, yang tidak merubah perasaannya, ketika dia tahu kamu tidak bisa dimiliki sebagai satu-satunya olehnya. Sebelum ini berakhir, aku hanya ingin membuatmu paham, mungkin perasaan yang kumiliki masih saja sama, bahkan ketika kamu menjauh dan tidak pernah menganggapku jadi sebagian hidupmu.
                Semua waktu-waktu sedih itu akan segera datang. Jadi dalam sisa waktu kita yang sebentar, aku hanya ingin membuatmu mengerti, perempuan yang paling menyayangimu sebenarnya adalah perempuan yang tidak memaksakan kehendaknya untuk memilikimu. Justru, dia yang menyayangimu adalah dia yang membiarkanmu terbang mengejar impian yang kau anggap benar, sambil bersabar menunggumu pulang kembali.

                Aku akan tetap jadi perempuan yang bertahan menunggumu pulang. Dengan perasaan yang sama, yang masih terisi penuh didadaku J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan hati terbuka :*

Free R Blackadder Cursors at www.totallyfreecursors.com