Setelah melewati kegiatan
denganmu sepanjang hari ini, dan pulang dengan seribu perasaan tidak percaya;
tidak percaya bahwa kita telah melewati sabtu malam ini berdua. Sesaat setelah
aku pulang kerumah aku sudah merasa merindukanmu, karena sejak pagi tadi aku
makin sadar bahwa ini perasaan sayang.
Waktu mengingat sikapmu, entah
mengapa aku menemukan kenyaman disana. Sikapmu yang selalu berhasil membawaku
pulang, dan yang selalu membuat aku ingin segera bertemu kamu kembali. Saat
pertemuan pagi tadi; yang aku kira tidak akan bertemu denganmu, kamu menyapaku
duluan dari belakang dan spontan memalingkan badanku yang kemudian mataku
segera tertuju pada raut wajahmu, menatapmu dengan begitu dalam.
Seminggu kita tidak bertemu,
ternyata kita memang butuh jarak dan waktu, untuk menjaga dan mencari tahu,
siapa yang paling tidak tahan untuk mengusahakan sebuah pertemuan. Dan ya,
lagi-lagi memang harus aku akui, aku yang selalu kalah, aku yang selalu lebih
dulu meminta sebuah pertemuan, karena kamu selalu mengelak jika aku meminta
sebuah pertemuan melalui pesan singkat.
Dengan begini aku tahu, kamu
lelaki paling gengsi yang pernah aku kenali! Kamu selalu tidak ingin memulainya
lebih dulu, tapi pada pertemuan nyata, setelah aku merasa menyerah dengan
sikapmu, kamu berhasil merayuku dengan harapan palsu, rayuan manis yang
membuatku kelabakan setengah mati.
Ketika kamu membawa barang
belanjaanku yang berat. Saat itu kamu bagai memperlakukanku seperti layaknya
kekasih. Kamu cukup sukses membuatku melayang, dengan caramu menggenggam
jemariku dan berkali-kali mengucapkan kata “sayang” saat kita sedang memanggil
nama satu sama lain, entah mengapa aku tidak bisa protes dan mengelak tentang
panggilan itu, panggilan itu sepertinya lahir secara spontan dan tidak ada rasa
canggung saat kita mengucapkannya.
Aku menuruni tangga, tertawa kearahmu,
sambil sesekali memandangimu dengan dalam, aku tidak berani bertindak lebih,
karena aku cukup sadar betul, kita bukan sepasang kekasih! Dan aku sangat sadar
diri jika aku berharap berlebihan, maka akan berujung pada rasa sakit yang
semakin dalam.
Aku sudah sangat menyayangimu,
dan caramu memperlakukanku sepanjang hari tadi, bisa saja semakin membutku
bertambah menyayangimu dan semakin membuatku sulit untuk melepaskanmu, karena
aku sangat pasti akan takut kehilangan sosokmu.
Setelah menuruni tangga, waktu
kita melewati games fun disana, entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku
berencana mengajakmu, bermain disana, kulangkahkan kakiku ke permainan
anak-anak itu dan kamu mengikuti derap kakiku menuju kesana karena efek jari
kita yang masih terpaut.
Kukira hanya aku yang seperti
anak kecil yang mau bermain disana, malah kamu yang sepertinya lebih antusias
daripada aku, bahkan sikap jailmu cukup membuatku gemas. Andai aku bisa
mencubit pipimu, andai aku bisa selalu berada dekat denganmu, menikmati sikap
bodohmu itu; sayangnya lagi-lagi aku harus ingat bahwa aku bukan kekasihmu.
Hari ini, tidak ada kesedihan
yang berlebihan. Aku hanya ingin menikmati saat ini, tanpa pernah mengingat
seberapa parah kamu pernah menyakiti aku. Bagiku, tetap berada disisimu, berada
dalam rangkulan dan genggaman erat dari jemarimu sudah membuatku merasa lebih
dari cukup.
Kamu sukses menempati ruang
kosong dihatiku, memiliki seluruh kepercayaan sayangku padamu. Tapi sayangnya,
mungkin aku tidak punya ruang dihatimu dan parahnya rasa sayangmu, tidak
sepenuhnya bisa kumiliki.
Saat perjalanan pulang, diatas
sepeda motorku, aku memasukkan tanganku pada saku jaketmu dengan tanpa sadarku,
kesannya seperti aku memelukmu, aku kira kamu bakal menepis, tapi kamu malah
memegang tanganku dengan tangan kirimu dari luar jaketmu, pada saat itu aku
merasa seperti wanita paling beruntung didunia ini.
Seakan-akan, waktu berjam-jam
yang telah kita lewati sepanjang hari ini, masih belum cukup untuk menuntaskan
rasa rinduku ini padamu. Kamu masih setia menggenggam tanganku yang berada
dibalik jaketmu, sesekali usapan lembutmu itu membuat perasaanku terbuai,
saking terlalu menikmati sepanjang hari ini bersamamu, aku jadi lupa bahwa hari
ini, hari sabtu yang berarti malam minggu, malam dimana terkenal dengan malam
bahagianya setiap pasangan.
Kamu berkali-kali bilang padaku,
jika bukan karena hal ini bisa bertemu denganku, mungkin kamu sedang tidak
berada dikota ini, entah mengapa itu bukan seperti sindiran tapi terdengar
seperti suatu pengorbanan untuk bertemu denganku, kamu semakin membuat aku keliru
dengan perasaanmu padaku.
Jika memang kita saling
menyayangi dan jatuh cinta, mengapa tidak kita akhiri saja dengan status hubungan
yang lebih jelas? Ingin rasanya aku berteriak melontarkan kata itu pada
telingamu, karena aku sanatpasti bahwa kamu tidak akan sepeka itu padaku.
Aku tahu betul ini sungguh
bodoh, aku paham betul bahwa memeluk dan merangkulmu adalah suatu kesalahan besar.
Aku juga sangat pasti hubungan kita ini akan berakhir dengan ketidakbahagiaan.
Tapi biarlah, biarlah aku habiskan sisa-sisa waktuku bersamamu karena aku cukup
yakin ini tidak akan berjalan lama.
Semua orang pasti akan mudah
menyalahkan kita, tanpa mereka pernah ingin tahu seberapa jauhnya kita telah
berjuang. Aku dan kamu memang tidak bisa melawan akan hadirnya cinta yang bisa
saja datang tidak tepat pada waktunya. Kita saling sayang pada waktu yang
salah, sementara aku dan kamu tidak tahu caranya berhenti dan mengendalikan
diri.
Aku mengerti betul bahwa aku
sungguh dungu, tapi biarlah, biarkan kita habiskan sisa waktu kebersamaan kita,
karena pada saat itu habis; aku dan kamu akan menjadi dua orang manusia asing
yang tidak pernah saling mengenal. Biarkan aku menikmati waktu kebersamaan ini
bersamamu, sebelum semua orang menyuruh kita mengakhiri semua ini secara paksa.
Biarkan aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang masih kita miliki ini, dengan
kebahagian, bukan dengan kesedihan serta tekanan dari orang-orang yang tidak
memahami kita.
Kesedihan punya porsinya
sendiri, dan aku tahu semua kesedihan itu akan dimulai ketika aku pada akhirnya
harus mengihklaskan dirimu pergi. Sebelum kamu pergi, biarkan aku bisa
meninggalkan kesan, setidaknya diingatanmu.
Bahwa ada orang yang menjaga
perasaannya, yang tidak merubah perasaannya, ketika dia tahu kamu tidak bisa
dimiliki sebagai satu-satunya olehnya. Sebelum ini berakhir, aku hanya ingin
membuatmu paham, mungkin perasaan yang kumiliki masih saja sama, bahkan ketika
kamu menjauh dan tidak pernah menganggapku jadi sebagian hidupmu.
Semua waktu-waktu sedih itu akan
segera datang. Jadi dalam sisa waktu kita yang sebentar, aku hanya ingin
membuatmu mengerti, perempuan yang paling menyayangimu sebenarnya adalah perempuan
yang tidak memaksakan kehendaknya untuk memilikimu. Justru, dia yang
menyayangimu adalah dia yang membiarkanmu terbang mengejar impian yang kau
anggap benar, sambil bersabar menunggumu pulang kembali.
Aku akan tetap jadi perempuan
yang bertahan menunggumu pulang. Dengan perasaan yang sama, yang masih terisi
penuh didadaku J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan hati terbuka :*