Hey.. disini saya mau bercerita.. saya punya temen sebut saja Icha
dan Angga. Mereka saling jatuh cinta, seiring berjalannya waktu, menyebabkan cinta mereka
semakin dalam. Mereka dari dunia yang sama, sama-sama manusia dan memiliki hati
tetapi, mereka terlahir dari keluarga yang berbeda (read:disini bukan beda yang
kaya/miskin) ya... mereka terlahir dari keluarga yang menyebut dan menyembah
Tuhan dengan nama dan cara yang berbeda...
Ya... kalian tahu
kan? disebabkan perbedaan itu mereka tak bisa bersatu? Mereka tersepit antara
cinta, keluarga dan lingkungan... Tuhan apakah mereka salah, jika mereka tetap
meneruskan cinta suci mereka? Lalu apa kata keluarga dan lingkungan nanti? apa
mereka sanggup menghadapi orang-orang yang tak tahu tentang arti perbedaan? Bagaimana kelanjutan kisah ini selanjutnya?
Icha seorang gadis yang sangat patuh terhadap Tuhan dan Orang Tuanya, yang hidup serba cukup
ditengah Ibukota, Icha anak yang patuh. Dia juga rela melepaskan cita-citanya
untuk menjadi desainer terkenal, dan meneruskan cita-cita keluarganya agar dia
melanjutkan kuliah di jurusan Arsitek, sama seperti papa Icha. Sementara Abang dan Kakak perempuannya boleh memilih jurusan sesuai minat mereka, abang yang sekarang bekerja sebagai Lawyer mempunyai istri yang bekerja sebagai Midwife dan kakaknya yang baru menyelesaikan kuliahnya dibidang Accounting dan akan segera menikah tahun depan dengan seorang Police.
Dia rela melakukan apapun! Asalkan Papa dan mamanya bahagia. Icha anak terakhir dari 3 bersaudara. Papa, Mama, Abang dan Kakak perempuannya selalu mengontrol kehidupan Icha dan selalu menganggap Icha anak kecil. Selama dia hidup didunia hampir 22 tahun, hampir seluruh pilihan yang seharusnya ditentukan oleh Icha sendiri seakan-akan tak bermakna, karena selalu dipilih atau dihalang oleh mereka. 'God.. this is not fire L!'.
Dia rela melakukan apapun! Asalkan Papa dan mamanya bahagia. Icha anak terakhir dari 3 bersaudara. Papa, Mama, Abang dan Kakak perempuannya selalu mengontrol kehidupan Icha dan selalu menganggap Icha anak kecil. Selama dia hidup didunia hampir 22 tahun, hampir seluruh pilihan yang seharusnya ditentukan oleh Icha sendiri seakan-akan tak bermakna, karena selalu dipilih atau dihalang oleh mereka. 'God.. this is not fire L!'.
Dan Angga dia pemuda yang soleh dan dia harus bekerja keras di kedai milik keluarganya yang
sederhana di pinggiran ibukota didekat kampus Icha. Kakek dan Ayah Angga sudah
meninggal saat Angga masih kanak-kanak. Kini, Kedai itu diwariskan kepada
Angga. Maklum saja Angga merupakan anak lelaki sulung dalam keluarga tersebut!
Kakak perempuannya sudah menikah dan diboyong jauh ke Wakatobi, dan sampai
sekarang tak ada kabar jelas dari Kakaknya seolah hilang jauh ditelan bumi.
Angga juga mempunyai satu adik perempuan yang berusia 17 tahun dan satu adik lelaki bungsu berusia 14, mereka masih muda untuk mengerti arti dari tanggung jawab. Jadi Angga yang berusia 25 tahun
itu adalah anak sulung lelaki dan kepala keluarga dalam keluarga tersebut.
Saat awal mula
pertemuan Icha dan Angga tak ada yang pernah menduganya. Kuasa Tuhan! kita cuma
bisa merancang. Pertemuan itu bermula dari saat Icha memesan minuman coffee latte yaitu minuman kegemaran Icha, dikedai Angga. Saat
Angga membawakan coffee latte yang dipesan Icha mereka tak sengaja saling bertatapan
mata, saat mereka bertatapan, otak mereka sama-sama mencerna dan memompa aliran
darah menuju pasokan otot lalu berakhir ke hati yang menimbulkan denyutan detak
jantung yang maha dahsyat dari keduanya,, dalam diam mereka saling mengagumi
ciptaanMU. Mereka tak sadar bahwa mereka saling mengukir senyum tulus ke
sesama.
Saat pandangan
mereka tak lagi tertuju antara sesama. Saat Icha kembali memandang Lappynya dan Angga yang kembali ke dapur. Mereka saling menyentuh dada
masing-masing berusaha menentramkan hati yang berdendang dengan irama tak menentu, tak seperti
biasanya... aneh? Maksudnya,,, kenapa hati mereka saling bedetak hebat? padahal
hanya pandangan sesaat? padahal mereka tak pernah saling berjumpa? padahal
mereka tak ada ikatan darah? mereka bahkan tak saling mengenal? tetapi kenapa
hati tak mau diam? kenapa Tuhan? Itu lah yang menjadi pertanyaan mereka saat
itu...
Peristiwa beberapa
hari yang lalu seolah-olah sudah dilupakan oleh keduanya. Mereka menganggap itu
hanya sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan dengan teliti. Mereka sudah mulai
melupakan itu. Mereka menjalani hari dengan biasa, Icha yang setiap pagi sampai
siang kuliah dan malam setia melayani Tuhannya dan Angga yang dari
pagi sampai siang membuka kedai, sore harinya membantu Pak Somad (Uzstad dilingkungannya) mengajari mengaji anak-anak di
mushola kecil di pinggiran kota dan malamnya ia kuliah di bidang Management.
dalam kesibukan mereka, kesesakan nafas hiruk pikuk ibukota mereka masih
menghargai penciptaNYA. Sungguh hebat kuasaMU Tuhan :*.
Srrrrpppp!!! Sumpah
ini terdengar tak masuk akal! maksudku,,, hey ini zaman modern! zaman dimana
tak ada lagi cerita siti nurbaya berkeliaran disini, dan tidak diperjual belikan lagi.
Perbincangan serius antara Icha dan keluarganya, membuatkan nafas Icha sesak dan jantung Icha
berhenti sesaat, otak tak bisa mencerna maksud dari papa mama Icha. Berita ini
sangat mengejutkan! berita yang membawa mimpi buruk, yaitu Icha sudah
dijodohkan dengan pilihan keluarganya. "OH GOSH,, its so DAMN !!! "
gertak Icha tanpa sadar!
Tanpa memperdulikan
jelingan tajam papa, Bebelan berbisa mama dan senyuman sinis dari abang dan kakak perempuannya serta
nenek yang memandang dia dengan perasaan simpati. Itu semua tak bisa menghentikan
Icha dari menyumpah serenah mereka semua dalam hati dan melontarkan perasaannya
didepan orang-orang sekeliling mereka! Tanpa sempat pamitan, Icha mengambil
dompet dan handphonenya lalu berlalu pergi meninggalkan rumah dengan hati yang panas.
Disisi lain, tampak
Angga yang sedang membersihkan kedainya yang akan tutup itu. Kedai yang dibuka
oleh hasil kerja keras kakeknya yang berawal dari kedai runcit kecil tak
berharga. Kini dengan usaha itu Kedai itu tampak lebih besar dan semakin
berkembang, meskipun naik dan surut pembeli serta gulung tikar sudah pernah
dialami oleh Kakek dan ayah Angga. Mereka tak pernah lelah dan tak kenal arti
menyerah. Karena mereka yakin, rejeki akan selalu ada jika mereka mau bekerja,
bersabar dan berserah diri kepada Allah swt.
Setelah menutup
kedai, Angga berjalan menyusuri pinggiran kota yang telah sepi, melintasi
jembatan yang sangat indah, disudut itu ada seorang gadis yang sedang menangis.
Angga Bingung? Ingin meninggalkan gadis itu sendirian. Tetapi hatinya sukar
untuk meninggalkan gadis itu. Saat gejolak hati Angga bermain di fikirannya
langkah kakinya tetap menghampiri gadis tersebut. Angga menyentuh pundak gadis
itu menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memasukkan tangannya
kesaku dia bermaksud memberi sapu tangannya kepada gadis tersebut.
Si gadis yang
menangis itupun terkejut dan saat menoleh, perasaannya keliru. Jantung si Gadis
(read : yang ternyata Icha) dan Angga tiba-tiba berdetak laju lagi sama saat
beberapa hari lalu mereka saling bertatapan. Aneh? Batin mereka, tetapi
pandangan mereka hanya sesaat, saat mereka dikejutkan dengan bunyi klakson
mobil yang sedang melewati jembatan tersebut! Tanpa ba,,bi,,bu,,, Angga yang masih
menghulurkan saputangannya menayangkan ke muka Icha dan dengan rasa curiga Icha
masih berpikir untuk mau atau tidak mengambil sapu tangan pemuda tersebut.
Angga yang mengerti
gelodak hati gadis tersebut menayangkan senyum dan berkata “Jangan khawatir,
ini hanya saputangan biasa kok, saya nggak ada niat untuk ngapa-ngapain kamu. Tenang
saja ;)” dengan pandangan yang masih ragu tetapi melihat kesungguhan Angga, akhirnya Icha mau
mengambil sapu tangan Angga dan mengelap air mata yang mengalir dipipinya dari
tadi. Angga yang penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis itu berusaha
sebisa mungkin untuk tidak bertanya, karena bagi Angga itu merupakan sebuah
privacy. Kecuali jika mereka yang sendiri yang mau bercerita, maka dengan senang hati
Angga akan mendengarkan dan membantu menyelesaikan masalahnya semampu ia bisa.
Angga merasa tidak
tega dengan wajah gadis yang menangis tersebut. Jika ia sahabatnya atau adiknya
pasti langsung ia dekap erat untuk mengurangi kesedihan gadis itu. Tapi itu
semua hanya khayalan karena dia baru teringat dia bertemu gadis itu dua kali
dan setiap pertemuan mereka dia merasakan jantungnya berdetak kencang. Maka Angga
berinisiatif untuk menunggu gadis itu sampai habis menangis dan menghantarkan
ia pulang sampai ke depan pintu gerbang rumahnya.
Hampir satu
setengah jam Icha menangis, rasa lelah dan lemah diseluruh badannya sudah
terasa akibat menangis. Saat Icha mengusap air matanya untuk terakhir kali
dengan saputangan pemuda tadi. Icha berbalik dan kaget bahwa disampingnya masih
ada pemuda tadi. Pantas saja hati Icha bergetar hebat tapi kenapa dalam hati
yang berdebar ada rasa aman, nyaman dan merasa terlindungi? Fikir Icha. Pemuda tersebut
menoleh pada Icha dan dia mengajukan pertanyaan.. “Sudah selesai nangisnya? Sudah
puas?” tanya Angga lembuat.. dan dijawab dengan anggukan halus Icha. “hmm,
baiklah.. ini sudah hampir tengah malam. Pasti orangtuamu khawatir? Mau aku
menemanimu menghantarmu? Setidaknya sampai depan pintu gerbang rumahmu? Supaya kamu
aman?” terpegun dengan gaya bicara Angga.. Icha tanpa sadar mengangguk dan
mulai berjalan beriringan dengan Angga.
Saat mereka berjalan Angga lah orang yang selalu berceloteh untuk menghilangkan suasana hening diantara mereka berdua. Icha hanya menjawab dengan jawaban “YA” atau “TIDAK” saja, itupun setelah Angga menyindir dengan sopan Icha “apakah kamu terlahir bisu?” dengan jelingan tajam Icha, Angga menayangkan senggihan yang lebar dan menaikkan dua jarinya sebagai tanda ‘peace’ kepada Icha. Jika tidak ditanya seperti itu pasti dari tadi hanya anggukan dan gelengan saja yang diterima oleh Angga.
Setelah 15 menit
berjalan Icha akhirnya berhenti dan otomatis Angga juga berhenti di depan pintu
gerbang rumah yang megah, 'kompleks perumahan orang kaya' getus Angga. “Jadi ini rumahmu? Baiklah
kuharap kamu tidak bersedih lagi. Cukup tadi yang terkhir kalinya, ya? Coba mulailah
kamu menghadapi masalahmu dengan hati yang tenang. Tidak latah walau sebesar apapun
masalahmu cari jalan keluarnya,, bersabarlah Tuhan tahu cara terbaik menguji
umatnya. Kamu punya Tuhan kan? Ingat dan berserah padaNYA. Maka masalah sekecil
apapun akan terasa ringan nantinya! Oke? Dadah...” jawab Angga sambil berpamitan pergi.
Pada saat itu, Icha seolah baru tersadar dari mimpi buruknya! 'Iya benar kata pemuda itu, Aku masih punya Tuhan! kenapa aku jadi seperti ini? kenapa aku menyerah begitu saja? Tuhan maafkan aku karena telah membelakangimu, aku lupa akan hadirnya dirimu disisiku, maaafkan aku, maafkan anakmu ini Tuhan :(' lirih Icha.
“Tuh...tunggu...
siapa namamu? Dimana kamu tinggal?” tanya Icha ragu? Angga berhenti dan
berbalik “Namaku Angga, kamu bisa menemuiku di kedai dekat kampusmu?" Icha mengerutkan keningnya tanda berpikir! Angga yang sadar akan kerutan kening Icha membalasnya "Lupa? Beberapa
hari yang lalu aku yang menghantar pesananmu Coffee Latte kemejamu..” sambil berjalan mundur
dia tersenyum serta berbalik dan melambaikan tangan kepada Icha. Dalam diam
Icha mengukir senyum :D ‘Angga? Hmm nice name J’ batin
Icha. Icha masih memandang bayangan tubuh Angga sampai bayangan itu benar-benar
hilang dari pandangan matanya!
Saat Icha berbalik
dan siap membuka gembok kunci pagar rumah 3 tingkat itu, dia menghembuskan
nafas sedalam mungkin dan mengelurkannya dengan pelan dan teliti. ‘God, ready to start
fighting third world’ desis hati Icha...
Write : heyheyhey :D gimana gimana? maaf ya jika ada salah dalam pengetikan dan makna yang serabut, saya masih mencoba. Tiba-tiba dapet Ide jam 21.00 tadi dan jam 00.25 baru selesai :D cerita ini masih akan berlanjut jika kalian masih mau menginginkan kelanjutannya,, jadi jangan lupa baca+like+comment ya... makaseh... :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan hati terbuka :*