Disebuah
desa bernama Suka Maju, hiduplah seorang pemuda yang bernama Malin. Ia hidup
bersama ibunya, sedangkan ayahnya telah lama meninggal dunia. Suatu hari Malin
menyampaikan keinginannya pada ibunya untuk pergi merantau ke kota.
Malin : “Bu, saya mau pergi merantau ke kota saja, siapa tahu disana saya bisa
Malin : “Bu, saya mau pergi merantau ke kota saja, siapa tahu disana saya bisa
mendapat pekerjaan demi kehidupan kita.”
Ibu : “Kamu yakin nak? Mencari pekerjaan di kota besar itu lebih sulit daripada
Ibu : “Kamu yakin nak? Mencari pekerjaan di kota besar itu lebih sulit daripada
mencari pekerjaan di desa kita ini”
Malin : “Saya yakin Bu, tolong izinkan saya ya! “
Ibu : “Baiklah kalau itu keinginan mu,Ibu izinkan.“
Malin : “Saya yakin Bu, tolong izinkan saya ya! “
Ibu : “Baiklah kalau itu keinginan mu,Ibu izinkan.“
Esok
paginya berangkatlah Malin ke kota untuk mencari pekerjaan. Tempat demi tempat
ia datangi,tetapi hasilnya nihil.
Sampai suatu ketika Ia melihat seorang
wanita cantik sedang belanja di pasar.Tiba-tiba tas sang wanita tersebut
dijambret oleh seorang lelaki.
Cahaya : “Tolong, jambret !!!!! jambret!!!!! (Malin segera menolong Cahaya dan
Cahaya : “Tolong, jambret !!!!! jambret!!!!! (Malin segera menolong Cahaya dan
mengejar pejambret tersebut)”
Pejambret : “(Akhirnya Ia berhasil menangkap pejambret itu dan menghakiminya)
Pejambret : “(Akhirnya Ia berhasil menangkap pejambret itu dan menghakiminya)
Ampun bang, ampun . . . “
Malin : “ Kurang ajar kau, beraninya hanya dengan perempuan !!”
Pejambret : “Ampun bang . . Ampun !!”
Malin : “Ikut saya kekantor polisi !”
Lalu sang pejambret dibawa Malin ke kantor polisi untuk mendapat proses hukum selanjutnya.
Cahaya : “Terimakasih ya sudah menolong saya, untuk ungkapan rasa terimakasih,
Malin : “ Kurang ajar kau, beraninya hanya dengan perempuan !!”
Pejambret : “Ampun bang . . Ampun !!”
Malin : “Ikut saya kekantor polisi !”
Lalu sang pejambret dibawa Malin ke kantor polisi untuk mendapat proses hukum selanjutnya.
Cahaya : “Terimakasih ya sudah menolong saya, untuk ungkapan rasa terimakasih,
maukah anda kerumah saya dulu . . ?”
Malin : “Tentu nona...”
Cahaya : “Jangan panggil saya nona, nama saya Cahaya..”
Malin : “Tentu nona...”
Cahaya : “Jangan panggil saya nona, nama saya Cahaya..”
Singkatnya,
Malin tiba dirumah cahaya dan kemudian berkenalan dengan sang ayah. Semenjak
kejadian itu Malin diangkat sebagai karyawan dan menjadi akrab dengan cahaya.
Karena keakrabannya, sampai-sampai Malin hampir tidak ingat lagi dengan sang
Ibu dikampung. Tidak lama kemudian,mereka menikah. Setelah menikah dengan
Cahaya, Malin bekerja sebagai karyawan mertuanya.Tak sengaja, kapalnya singgah
di desa suka maju, tempat Ia dan Ibunya tinggal. Seorang kerabat melihat Malin
bertepi dan segera mengabarkan Ibu Malin.
Tetangga : “Mak, mak.. Malin pulang mak, dia bertepi di pelabuhan!!!”
Ibu : “Malin pulang?Terimakasih Uni atas kabarnya! (Ungkap Ibu Malin dengan
Tetangga : “Mak, mak.. Malin pulang mak, dia bertepi di pelabuhan!!!”
Ibu : “Malin pulang?Terimakasih Uni atas kabarnya! (Ungkap Ibu Malin dengan
penuh gembira dan terharu)”
Tetangga : “Ayo Mak, kita kesana!”
Mendengar kabar itu sang Ibu merasa senang sekali. Hari yang ditunggu sang ibu pun tiba.
Ibu : “Malin , Malin, Malin anakku, kau sudah kembali nak. Ibu sangat merindukanmu (Ujar Ibu Malin laju menghampiri Malin)”
Karena malu mengakui Ibunya, Malin pun berbohong.
Malin : “Siapa kau?? Ibu ku sudah lama meninggal!!! (Bentak Maling)”
Ibu : “Ini Ibumu nak, aku yang melahirkan dan membesarkanmu, mengapa engkau jadi
Tetangga : “Ayo Mak, kita kesana!”
Mendengar kabar itu sang Ibu merasa senang sekali. Hari yang ditunggu sang ibu pun tiba.
Ibu : “Malin , Malin, Malin anakku, kau sudah kembali nak. Ibu sangat merindukanmu (Ujar Ibu Malin laju menghampiri Malin)”
Karena malu mengakui Ibunya, Malin pun berbohong.
Malin : “Siapa kau?? Ibu ku sudah lama meninggal!!! (Bentak Maling)”
Ibu : “Ini Ibumu nak, aku yang melahirkan dan membesarkanmu, mengapa engkau jadi
seperti ini??”
Malin : “Tidak, kau bukan Ibuku, Ibuku telah meninggal.”
Cahaya : “Apa benar dia itu Ibumu Kang? Lalu kenapa engkau tidak mengakui dia?”
Malin : “Tidak !! Dia bukan Ibuku !! (bergegas meninggalkan Ibunya)
Kemudian sang ibu menangis sedih, anak yang dilahirkan dan dibesarkannya tidak mengakuinya. Air matanya berlinang. Malin segera pergi dari desa.
Ibu : “Ya ALLAH, mengapa anakku satu-satunya seperti itu?Aku yang melahirkan dan
Malin : “Tidak, kau bukan Ibuku, Ibuku telah meninggal.”
Cahaya : “Apa benar dia itu Ibumu Kang? Lalu kenapa engkau tidak mengakui dia?”
Malin : “Tidak !! Dia bukan Ibuku !! (bergegas meninggalkan Ibunya)
Kemudian sang ibu menangis sedih, anak yang dilahirkan dan dibesarkannya tidak mengakuinya. Air matanya berlinang. Malin segera pergi dari desa.
Ibu : “Ya ALLAH, mengapa anakku satu-satunya seperti itu?Aku yang melahirkan dan
membesarkan dia Ya ALLAH. Berilah Ia
teguranmu, sesungguhnya Ia adalah anak
yang durhaka!!!”
Tiba-tiba di tengah perjalanan, badai datang, angin bertiup kencang, gelombang air laut naik, kilat menyambar-nyambar, kapal pun terguncang.
Malin : “Ada apa ini? Badai begitu besar”
Tiba-tiba kilat menyambar malin.
Malin : “Aaaaarrrrrggggghhhhh……!!!!!!!!”
Seketika Ia menjadi batu…
Tiba-tiba di tengah perjalanan, badai datang, angin bertiup kencang, gelombang air laut naik, kilat menyambar-nyambar, kapal pun terguncang.
Malin : “Ada apa ini? Badai begitu besar”
Tiba-tiba kilat menyambar malin.
Malin : “Aaaaarrrrrggggghhhhh……!!!!!!!!”
Seketika Ia menjadi batu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan hati terbuka :*